Komunitas kejawen yang sangat kompleks, telah melahirkan berbagai sekte dan tradisi kehidupan di Jawa. Bahkan, di dalamnya terdapat paguyuban-paguyuban yang selalu membahas alam hidupnya. Paguyuban tersebut lebih bersifat mistis dan didasarkan konsep rukun. Modal dasar dari komunitas ini hanyalah tekad dan persamaan niat untuk nguri-uri (memelihara) tradisi leluhur. Masing-masing paguyuban memiliki “jalan hidup” yang khas kejawen.
Masing-masing wilayah kejawen juga memiliki “pedoman” khusus yang khas Jawa. Masing-masing wilayah memiliki kosmogoni dan mitos tersendiri. hampir setiap wilayah kejawen, selalu memiliki mitos-mitos yan diyakini. Mitos-mitos tersebut ada yang dijadikan kiblat hidup, ditaati, dipuja, dan diberikan tempat istimewa dalam hidupnya. Daerah-daerah kejawen biasanya masih menjalankan mistik, meskipun kadarnya berbeda-beda. Masing-masing wilayah memiliki keunikan sendiri dalam menjalankan mistik.
Orang Tengger di Jawa Timur misalnya, memiliki Falsafah Mistik tersendiri. Masyarakat tengger meyakini bahwa nama Tengger berasal dari tokoh mistis Rara Anteng dan Joko Seger. Kedua tokoh ini sangat dipuja oleh masyarakat Tengger. Pemujaan dilakukan secara mistis dan menggunakan selametan.
Orang Banyuwangi menganggap bahwa mitos Minak Jingga dan isterinya Sita sebagai simbol reproduksi (Beatty, 223-224:2001). Hal ini dapat dirunut dari kata jingga (merah) dan sita (putih). Warna merah dan putih adalah gambaran sesaji jenang abang putih/bubur abang, buubur putih (bubur nasi yang berwarna merah dan putih), yaitu representasi asal usul manusia — berasal dari ibu dan ayah.
Orang Jawa di Banyuwangi juga memiliki legenda tentang terjadinya kota tersebut. Begitu pula wilayah Jember, Pekalongan, Salatiga, Yogyakarta, dan lain sebagainya memiliki legenda sebagai represenatsi mitos yang berkembang dalam pemikiran rakyat setempat. Masing-masing mitos dipercayai memiliki local genius atau kearifan tardisional yang luar biasa. Biasanya, legenda dan mitos tersebut dijadikan sandaran kehidupan mistik. Atas dasar itu, kehidupan kejawen menjadi sentral mistik.
Masyarakat Ponorogo juga memiliki semboyan mistis. Yakni, “Janan mengaji di pondok, mengajilah di Ponorogo” . Ponorogo adalah kota di Jawa Timur yang terkenal mistiknya. Ponorogo berasal dari kata pono (tahu) dan rogo (tubuh). Berarti, mengaji di Ponorogo, sesungguhnya merupakan pencarian diri tentang ngelmu tubuh. Ngelmu tubuh, tak lain adalah ilmu tentang kesempurnaan hidup. Telah disadari, bahwa sesungguhnya tubuh kita “kotor”, karena itu melalui mistik kejawen, manusia akan berupaya membersihkan tubuh tersebut. #DariBerbagaiSumber
Labels:
Ilmu Kejawen
Terima Kasih sudah membaca artikel Mitologi Kejawen. Bantu Like dan sebarkan melalui fb, tweeter, dll dibawah ini.. Salam Hangat..!
0 Comment for "Mitologi Kejawen"